Senin, 20 Juni 2016

BERMAIN.

Mentari pagi ini enggan menyapa, entah, karena malu atau dia sedang terluka! Yang aku tahu, kemarin aku bercengkrama dengan rembulan, dan bintang-bintang melontarkan sepercik lelucon kehidupan. Bahkan tak sedikit kami menyinggung tingkah konyol mentari.
Mungkin dia sedang marah padaku, karena beberapa hari aku sibuk menata laku, langkah, dan memang sesekali aku berkutat di lubang hitam, tempat pembuangan masalalu yang menjadikanku seperti ini.
Dulu, sebelum aku mengenal sebuah kata, aku tak mampu berucap. Bahkan kata Aku tak mampu mewakili keseluruhan diriku. Ya… jujur aku berkata! Sampai saat ini pun aku masih mencari. Kata Aku… sebuah kata yang akan segera lenyap sebelum mulutku sempat mengucap kata selain Aku.
Perbandingan dari keseluruhan diriku adalah Aku. Aku dan apa yang ada dalam diriku tak akan mampu sebanding dengan setetes, sepercik, bahkan hanya setitikpun tak akan sebanding. Apalagi untuk menjadi butiran-butiran kecil yang mampu menggenangi mata.
Terkadang tak harus mencari bahan lelucon, melihat diri sendiri pun aku tertawa. Bermain, atau di permainkan! Tak ada pembeda yang jelas dari dua kata itu. Bahkan setelah mengenal aksara, aku hanya tahu kata Mata, tanpa tau cara menggunakannya.
Saat aku mencium aroma tanah, aku merasakan kesedihan langit yang tak jarang membawa petaka dalam setiap ketenangannya. Aku memahami, usiaku tak ada seujung kuku jari dunia yang telah rapuh ini. Namun senja mengajarkanku bagaimana cara menikmati sisa umurku.
Celoteh konyol seorang sastrawan tak mampu menggelitik saraf dalam kerut nadiku. Aku heran… apa yang membedakanku dengan mahluk lainnya? Itulah mengapa bagiku tak ada pembeda antara kata Bermain atau Dipermainkan.
Aku tak akan membiarkan kesadaran dalam diriku hanyut menyusuri keruhnya limbah perkotaan, bukan hanya aku, bunga – bunga teratai menghambat lajuku menyusuri selokan. Bunga yang tetap memancarkan keindahan di lingkungan yang bahkan banyak orang menganggapnya menjijikkan. Hingga aku melupakan putaran jarum karena terlalu asyik bermain dengan kupu-kupu!

Aku tak ingin pergi, aku masih ingin bermain, bersama teratai, Kupu-kupu, Bintang, Rembulan, juga dengan Mentari. Sampai saat senja berkata bahwa waktu bermainku telah usai. Sampai ibu memanggil dan aku harus pulang. Sampai saat dimana aku harus terlelap dalam tidur panjangku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar