Mentari
pagi ini enggan menyapa, entah, karena malu atau dia sedang terluka! Yang aku
tahu, kemarin aku bercengkrama dengan rembulan, dan bintang-bintang melontarkan
sepercik lelucon kehidupan. Bahkan tak sedikit kami menyinggung tingkah konyol mentari.
Mungkin
dia sedang marah padaku, karena beberapa hari aku sibuk menata laku, langkah,
dan memang sesekali aku berkutat di lubang hitam, tempat pembuangan masalalu
yang menjadikanku seperti ini.
Dulu,
sebelum aku mengenal sebuah kata, aku tak mampu berucap. Bahkan kata Aku tak mampu mewakili keseluruhan
diriku. Ya… jujur aku berkata! Sampai saat ini pun aku masih mencari. Kata Aku… sebuah kata yang akan segera lenyap
sebelum mulutku sempat mengucap kata selain Aku.
Perbandingan
dari keseluruhan diriku adalah Aku.
Aku dan apa yang ada dalam diriku tak akan mampu sebanding dengan setetes,
sepercik, bahkan hanya setitikpun tak akan sebanding. Apalagi untuk menjadi
butiran-butiran kecil yang mampu menggenangi mata.
Terkadang
tak harus mencari bahan lelucon, melihat diri sendiri pun aku tertawa. Bermain,
atau di permainkan! Tak ada pembeda yang jelas dari dua kata itu. Bahkan
setelah mengenal aksara, aku hanya tahu kata Mata, tanpa tau cara menggunakannya.
Saat
aku mencium aroma tanah, aku merasakan kesedihan langit yang tak jarang membawa
petaka dalam setiap ketenangannya. Aku memahami, usiaku tak ada seujung kuku
jari dunia yang telah rapuh ini. Namun senja mengajarkanku bagaimana cara
menikmati sisa umurku.
Celoteh
konyol seorang sastrawan tak mampu menggelitik saraf dalam kerut nadiku. Aku
heran… apa yang membedakanku dengan mahluk lainnya? Itulah mengapa bagiku tak ada
pembeda antara kata Bermain atau Dipermainkan.
Aku
tak akan membiarkan kesadaran dalam diriku hanyut menyusuri keruhnya limbah
perkotaan, bukan hanya aku, bunga – bunga teratai menghambat lajuku menyusuri
selokan. Bunga yang tetap memancarkan keindahan di lingkungan yang bahkan
banyak orang menganggapnya menjijikkan. Hingga aku melupakan putaran jarum
karena terlalu asyik bermain dengan kupu-kupu!
Aku
tak ingin pergi, aku masih ingin bermain, bersama teratai, Kupu-kupu, Bintang,
Rembulan, juga dengan Mentari. Sampai saat senja berkata bahwa waktu bermainku
telah usai. Sampai ibu memanggil dan aku harus pulang. Sampai saat dimana aku
harus terlelap dalam tidur panjangku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar